Konsep Membran (Topik tugas akhir yang sesuai dengan konsep diri)

By Awanda Gita - September 20, 2020

 Sambil ngedengerin lagu graduation favoritku, aku nulis di buku catatan yang kemudian aku salin di blog ini, tentang konsep membran sebagai penghalang selektif.


Kalau dipikir-pikir aku ini juga sangar ya (sangar= keren) udah melalui beberapa tahap-tahap kehidupan dan bisa bertahan. Pemikiran ini muncul sebagai apresiasi diri yang terus menerus aku omeli karena kegupuhan, ketakutan, dan semua kerumitannya.


Aku percaya, bukan hanya aku, tapi kita semua punya hal yang kita tuju dan incar. Tujuan itu muncul karena konsep diri yang telah kita bangun selama hidup, selama kita belajar, berteman dan bertemu orang. Sayangnya, selalu ada gangguan atas konsep diri yang kita bangun itu, selalu ada distraksi/gangguan dari luar yang bersifat meruntuhkan walau kadang diantaranya berniat untuk memberi gambaran, dengan awal yang terdengar baik. Hal seperti ini sering terlihat bias, sulit untuk diri memfilter hal seperti ini. Kita harus disuruh memilih antara kenyataan dan mimpi yang sudah kita kantongi. Padahal keduanya tidak saling meniadakan, justru saling menguatkan. Bukannya realita dibangun dari mimpi-mimpi sebelumnya?. Bermimpi juga bukan hanya diam bukan? Tapi melalui pemikiran panjang dan usaha kita masing-masing yang tak kenal lelah.


Ketika bertemu dengan situasi bias seperti itu, otak kita seakan memproses informasi bias pula, apakah hal tersebut baik atau buruk kita sulit buat menentukannya. Apakah kita terlalu menampik kemungkinan-kemungkinan yang datang dengan hanya fokus kepada apa yang kita cita-citakan?. Kalau menurutku itu bukan arti menampik, tapi mencoba fokus dengan tujuan awal. Fokus ini bukan mencoba mengabaikan, tapi menaruh suatu hal sebagai prioritas, dari sini terlihat perbedaannya.


Aku yakin, kita secara alami udah punya filter yang gunanya untuk menyaring pengaruh luar. Kita akan secara alami pula menyaring hal-hal mana yang akan kita proses untuk menjadi bahan pertimbangan sebelum mengambil keputusan dan mana yang tidak lolos dari saringan dan kemudian kita abaikan, walau nggak mutlak kita abaikan, hal ini juga bermanfaat sebagai pembelajaran, bahwa kita nggak bisa mengontrol faktor dari luar. Percaya akan kemampuan diri bahwa diri kita sendiri akan mampu memfilter pengaruh luar ini patut diapresiasi, karena dengan begitu kita nggak mudah terombang-ambing dengan pemikiran orang lain.


Menjadi oportunis memang baik ketika berbicara mengenai peluang dan sifat pantang menyerah, namun menjadi kurang baik ketika sudah melebihi batas. Pada dasarnya kita juga harus melihat dan mencermati jalan yang kita ambil. Jangan sampai kita jadi asing dengan jalan yang kita lalui setiap hari dan kemudian hilang di dalamnya tanpa jejak. Memang semua dengan niat baik akan berujung baik, tapi perlu dipikirkan sebelum mengambilnya.


Rasa keragu-raguan, kecemasan dan ketakutan adalah efek dari ketidakmampuan kita memfilter hal-hal dari luar. Percaya diri bukan hanya bisa ditunjukkan dengan selalu berani dalam berbicara di depan umum, karena semua orangpun bisa melakukannya jika dipaksakan. Namun, percaya akan kekuatan diri untuk memfilter hal baik dan buruk juga merupakan bentuk percaya diri yang kerap kita lupakan.


Ketika kita punya keinginan, yaudah kejar aja, apapun halangannya, nikmati prosesnya serta terus percaya. Jangan pikirkan gagal dulu, atau suksesnya nanti, jalani aja pelan-pelan, toh ketika kita nggak sampai di tempat tujuan, kita akan bisa istirahat di suatu tempat yang kita anggap layak.


Intinya, jangan mudah terbang jika dipuji dan nyungsep kalau dikritik. Ini hidupmu kok, jadi kamu punya kekuasaan penuh untuk mengejar mimpimu. 

-corundum

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar