Menolong diri sendiri

By Awanda Gita - Juli 19, 2020

Udah bulan Juli aja, hampir sebulan lebih baru bisa bikin tulisan lagi, bukan, alias curhat maksudku.
Sebulan berlalu, banyak kejadian yang gak nampak namun mengisi kepala. Waktu berputar sangat cepat tapi kaki ini nggak kemana-mana.

Satu persatu masalah muncul, kelar, muncul lagi. Perasaan berganti dari sedih, senang, marah, kecewa, sedih lagi, senang dan seperti itu siklusnya. Seperti dipenjara, kerjaanku lima bulan belakangan ini adalah nangis, nangis dan nangis sambil ngerjain skripsi yang masih revisi kesekian kali karena miss komunikasi.
Karena ga dapet kebebasan memilih masa depan, bingung memilih masa depan, ngelihatin orang-orang yang pada sukses, ngelihatin teman-teman yang udah pada sidang dan siap diwisuda, ngeliat teman-teman yang sedang aktif mengembangkan hobi, ngelihat teman-teman yang punya support system. Semua hal-hal tersebut bikin hari makin kacau dan bikin sakit kepala. Emang senikmat itu membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

Baru-baru ini sering banget lihat postingan non-sense dan anehnya itu semua viral. Mulai dari awal Maret tentang drama tik-tok yang banyak nanyangin video kekeyi makan pentol, sampai kasus yang bener-bener bikin engap dari drama nimbun masker, lihat getolnya orang yang pada nge-mall pas mau lebaran, pelonggaran psbb dianggep enteng, tentang per-COVIDan yang sekarang jumlah kasus konfirmasinya udah 86ribu++ yang udah ngelebihin China.

Tentang kehilangan para dokter terbaik hingga tokoh penting.

2020 tampaknya ingin membabat habis semua, dan memunculkan kekonyolan-kekonyolan yang sedang diperbuat orang-orang yang gak mikir dua kali buat bertindak. Nyatanya kita semua dalam masa-masa sulit, dan gaada satupun dari kita yang paling bisa bantuin diri kita pada masa sulit ini kecuali diri kita sendiri.

Dalam masa-masa sulit, nyatanya banyak tema yang pergi tanpa meninggalkan jejak dan membuat lingkup pertemanan baru yang dirasanya menguntungkan, karena lagi-lagi simbiosis mutualisme berlaku 100% pada manusia. Banyak orang yang datang tapi tetap saja tidak membantu, hanya membuat masalah baru.

Untuk mengawal diri dan menjaga diri agar tetap waras, perlu rasanya buat cari pengalihan. Belakangan ini aku sering nonton drama, belajar bahasa korea, dengerin lagu-lagu BTS, nonton BTS Run dan hal-hal lain yang menurtku bisa ngeboost kewarasan selain beribadah dengan taat kepada Yang Maha Kuasa.

Selalu ada yang mengusik tentang apa pilihan-pilihan yang kita ambil, misal teman nggak suka kalau teman lainnya ngikutin artis yang sama, punya selera tontonan yang sama dan hal-hal yang dia gaada hak buat ikut campur.

Berusaha menulis perasaan di twitter, di whatsapp ataupun diinstagram dikiranya meromantisasi segala sesuatu. Lantas apa perlu melakukan segala hal dengan ijin orang-orang ini? nyatanya konyol.

Tapi, di 2020 ini juga masih banyak orang-orang yang justru nggak pernah kita temuin dan hanya bisa kita lihat di dunia maya justru mampu menebar energi positifnya, para dokter dan tenaga medis, dan siapapun yang masih berjuang dan mencoba menjadi orang yang peduli dan mikir.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar