Strolling Around Edogawa-ku

By Awanda Gita - Juni 29, 2019

Ini pose sangar captured by Habiba di trotoar depan hotel
Tertanggal 12 Juni 2019, hari pertama kami menginap di Kings's Hotel, di daerah Edogawa-Ku, Edogawa, Tokyo. Kami memutuskan untuk memilih King's hotel karena biaya menginap di sini cukup bersahabat dengan kantong kami. Biaya untuk bermalam di sini hanya sekitar IDR 78.000/malam, kami memesannya selama 9 malam dalam 10 hari perjalanan kami menyusuri Tokyo, yang berarti hari pertama kami sempat "ngemper" juga di Bandara Haneda.

Tanggal 12 pagi itu, kami bertolak dari Haneda menuju King's hotel menggunakan monorail dilanjutkan dengan oper 2 stasiun menggunakan 2 line berbeda (YK dan JB) untuk menuju ke Hirai sta. Kami sempat berhenti sejenak di stasiun hamamatsucho, waktu itu kiranya pukul 08.15, kereta-kereta penuh sesak dipenuhi para pekerja yang hendak menuju kantor dan anak-anak SMP-SMA yang hendak berangkat ke sekolah. Pertama kali melihat padatnya antrian kereta di Jepang, membuat aku dan teman-teman tercengang dan cuman bisa bilang "WOW". Meskipun padat seperti itu, saat antri masuk ke dalam kereta mereka sangat rapih, berbeda dengan yang kami temukan selama ini di terminal maupun stasiun lokal di Indonesia, walau belakangan ini isu "antri" yang baik sudah mulai banyak diperbincangkan dengan membandingkan Indonesia dengan Jepang, menurutku sangatlah bagus ketika kami semua dapat terus menerapkan hidup teratur semacam itu.

Kami tercengang lagi ketika banyak orang Jepang yang berlari-lari terpontang panting namun ada juga yang hanya mempercepat langkahnya untuk buru-buru sampai ke tempat kerja mereka masing-masing.

Kami melanjutkan perjalanan pada saat kepadatan penumpang kereta mulai perlahan berkurang, sekitar pukul 08.45 kami pindah menuju YK line ke arah Akihabara, kemudian tanpa menunggu lagi kami kemudian pindah menuju JB line dengan pemberhentian Hirai. Tak ada yang spesial sih waktu itu, cuman saja kami masih setengah tidak percaya bahwa kami sudah sampai di Jepang.

Tokyo hari itu cukup cerah, suhunya sekitar 27 derajad celcius namun udaranya sangat dingin, maka dari itu kami memilih untuk menggunakan jaket/coat.

Sesampainya di Hirai sta, kami men-tracking rute menuju King's Hotel. Kami sempat memilih arah yang berlawanan dari arah yang seharusnya, karena maps kami masih tidak stabil,untungnya belum berjalan jauh, google maps sudah menunjukkan arah yang tepat. Oh iya sekadar mau ngasih info, kalau akses internet kami difasilitasi oleh layanan data roaming TELKOMSEL, jadi aku menggunakan nomor simpatiku untuk roaming, biayanya memang lumayan mahal kalau dibandingkan dengan beli paketan sehari-hari yaitu sebesar IDR 330 ribu untuk 5 GB, karena mahalnya pembelian data roaming, kami mensiasatinya dengan cara "patungan". Paket data roaming dari telkomsel yang kami beli ini berlaku selama 30 hari di area Asia-Australia, emang sengaja sih soalnya dulu emang rencananya sempat mau pergi keluar pas transit ke Hongkong jadi butuhnya nggak cuman Simcard Jepang, daripada ribet maskipun mahal yaudah pakek roaming aja :). Kalau pakek roaming menurutku malah enak soalnya kita bisa nge-detect temen kita yang (barangkali) sudah jauh dari jangkauan kita dengan cara lihat ponsel siapa yang masih "nyantol" di hotspot kita cuman pemilik hotspot ini baterainya cepat tewas :').

Selesai masalah simcard, lanjut ke pembahasan perjalanan menuju King's Hotel, kami menyusuri arah yang ditunjukkan oleh google maps, dan akhirnya sampai. Hotel kami sangat sederhana, lift di lantai dasar membawa kami menuju tempat check in (receiptionist) di lantai 2. Di meja receiptionist inilah kami bertemu (cacak) sapaan kami kepada mas-mas receiptionist, mas ini seorang WNA asal Cina yang memang bekerja di sana. Cacak nampaknya bekerja sendiri di hari itu, nampak sekali kuwalahan meladeni kami yang ingin check in gara-gara kami membayar dengan kartu debet, bookingnya emang atas satu nama namun kartu debet yang digunakan berbeda, jadi harus ngantri satu-satu. Well, untung aja cacak bahasa inggrisnya lancar, jadi nggak susah buat kami untuk berkomunikasi.

Setelah menyelesaikan administrasi untuk check in, kami dipersilahkan untuk stay lebih awal sekitar pukul 11.

Setelah semalaman "ngemper" di Haneda dan "untuk pertama kalinya" jalan cepat dan jauh, kami memutuskan untuk rebahan, uhh rasanya lega banget.

Kamar kami berada di lantai 5 (untuk cewek-cewek) sedangkan para cowok (Sena dan nantinya Azuzu) berada di lantai 7. Kamar kami kemudian disekat-sekat lagi menjadi 5 bagian kamar lagi yang di dalamnya berisi tempat tidur tingkat. Gaya hotelnya minimalis banget, pintunya ada yang terbuat dari papan yang dicat biru ke abu-abuan dan tirai lipat bermagnet. Ada 1 kamar mandi dan 2 WC, di samping kamar mandi ada space kecil untuk memasak dan wastafel dengan kaca yang cukup besar, namun sayangnya kompor listrik kami saat itu tidak bisa digunakan. Sebegitu pintarnya pemilik hotel menata ruangan dalam yang luasnya tidak seberapa menjadi berbagai sub ruangan lagi, well organized!!!

Setelah dirasa cukup lega beristirahat sebentar, kami tak mau melewatkan sedikitpun waktu untuk tidak keluar dari hotel, "Mumpung di Jepang, ayo dijelajahi" kurang lebih seperti itu moto kami (hahaha). Pukul setengah empat, Edogawa masih sangat terang untuk dibilang "sore" kami memutuskan untuk berkeliling di jalan sekitaran hotel. Kami memotret langit, bangunan, dan diri kami sendiri alias selfie. Kampung-kampung kecil di sekitaran hotel, kami jadikan untuk spot foto, karena kata teman-teman "cari spot foto yang kelihatan Jepang-Jepangnya" but well we are in Japan now, maksudnya sih biar keliatan gitulo kalau beneran foto di Jepang (jiwa-jiwa pansos teman-temanku mulai keluar) (haha)

Kami menyeberangi beberapa zebra cross, dan mencoba lewat jembatan penyeberangan. Kami bikin vlog di tengah-tengah jembatan serta melihat jalan raya yang padat di kanan kiri kami, "jembatannya goyang, jembatannya goyang" teman-teman mulai teriak, ah dasar! Kata ifty memang infrastruktur (jembatan, bangunan) di Jepang memang dibuat lentur agar tahan gempa.

Seven Eleven alias sevel menjadi tempat berteduh kami ketika sudah capek berjalan-jalan dan karena waktu itu sempat gerimis juga. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam namun masih terang, seperti masih jam 4 kalau di Indonesia. Kami masuk sevel untuk beli beberapa jajanan sekaligus survey harga makanan untuk referensi makan perjalanan selanjutnya.

Kami balik ke hotel kira-kira pukul delapan. Lapak-lapak di jalanan menuju hotel mulai ramai pengunjung. Beberapa ada yang berjualan sayur-sayuran, baju, makanan seperti udon, ramen, dan lain-lain. Satu lapak yang menarik perhatian kami adalah lapak yang menjual Takoyaki seharga ¥300. "Wah murah" kami minggir sejenak untuk mikir dua kali mau beli atau nggak, karena sekali lagi kami harus pintar dalam mengatur pengeluaran. Karena rasa lapar dan bau takoyaki yang harum banget, kami sudah nggak kuat untuk nggak beli rasanya.

"Is it chicken?" aku coba bertanya (ngomongnya gitu terus pas tanya makanan)
"No, no" orangnya menunjuk makanan semacam katsu di depan takoyaki
"Octopus, octopus"

Ah lega deh walaupun bodo amat aku gasuka gurita penting udah diolah dan halal (bukan babi) :'). Setelah bhungkus 1 (kira-kira isinya 12an) kami memutuskan untuk langsung pulang ke hotel dan menyantapnya untuk makan malam.

Hotel kami menyediakan satu ruangan yang cukup luas untuk makan, ada 1 meja makan besar yang muat untuk 10 orang dan beberapa meja kecil. Di sana ada beberapa fasilitas seperti oven microwave, tv, ac, wastafel, rak yang berisi piring-piring mesin cuci dan dryer, cuman kalau mau nyuci di sana bayar ¥200 atau sekitar 26ribu.

Kami makan takoyaki tanpa nasi malam itu, tapi rasanya udah nikmat banget dan ya cukup kenyang karena dimakan bareng-bareng.

Nyemil adalah kunci ketika tidak ada nasi -Awanda

Kami kembali ke kamar pukul 11an, ngobrol-ngobrol sebentar di kamar bersama ciwi-ciwi untuk merencanakan perjalanan selanjutnya besok pagi menuju Edogawa Natural Zoo.

Waktu pertama sampai di Jepang, memang sulit bagi kami untuk memastikan berapa Km yang kami anggap "jauh", sampai akhirnya kami merasakan bahwa 10 Km adalah batas kami untuk berjalan tanpa istirahat. Kami nekat saja hari itu pergi ke ENZ dengan berjalan kaki, dikiranya dekat, eh pulang-pulang kaki kami serasa mau lepas.

kami menyusuri Edogawa, menaiki tanjakan, menyeberangi sungai dan berpanas-panasan. Wah parah sih, kami gak bawa topi, tanpa masker pula, untungnya Jepang nggak seberapa berdebu jalanannya karena nggak banyak sepeda motor seperti di Indonesia, dan pun di Jepang kini mulai diberlakukan penggunaan bahan bakar Hidrogen, keren sih. Tidak jenuh untuk jalan kaki di Jepang karena di setengah perjalanan pertama kami menemui taman (meskipun kami gak berhenti lama) banyak taman-taman kecil juga sebenernya, cuman yang ini lebih besar, semacam alun-alun gitu lebih tepatnya. Di sana gaada orang yang jualan jajanan di sembarang tempat, misal orang jual cilok, lumpia, cangcimen di sana gaada padahal itu taman yang sering dipakai orang ngumpul, maka dari itu jarang ketemu sampah-sampah berserakan, padahal tong sampah di sana sangat jarang ditemui. Aku dan teman-teman malah kepikiran Indonesaia dan segala keunikannya, setelah membanding-bandingkannya dengan negeri sakura ini, ah jadi rindu padahal baru hari ketiga.

Kami melewati dua sungai besar yaitu Arakawa dan Naka, pas kami berada di tengah-tengah jembatan sungai, kembali keparnoan teman-temanku muncul akibat jembatan yang goyang-goyang (hahaha, ngakak). Kami lanjut meyusuri jalan hingga bertemu Sevel yang kesekian kalinya, kami beli jajanan di sana, aku beli pocari sweat seharga ¥104 (murahan di hotel harganya cuman ¥103) dan ice cream lotte rasa anggur seharga ¥108 yang kami makan bersama-sama sebagai upaya penghematan, Sena nyobain bir, di sana (hahaha) katanya rasanya nggak enak gitu (amann) aneh-aneh sih.

setelah perut cukup terisi, cuaca panas kembali kami terjang "keburu tutup kebun binatangnya" kata Habiba.

setelah 15 menit lagi berjalan kaki, akhirnya kami sampai, kami langsung duduk di kursi taman depan ENZ, Umirul, Iftyna dan Anis izin shalat dhuhur.

Setelah satujam menunggu, akhirnya aku, habiba dan sena memutuskan untuk mencari mereka, kami memutari ENZ, bertemu gerombolan anak-anak kuliahan (sepertinya) yang entah mau kemana. Kami akhirnya menemukan mereka bertiga shalat di bawah pohon (belakang ENZ) katanya tadi lama gara-gara nyariin tempat shalat yang kondusif. Yaudah setelah sempet kesel gara-gara nungguin lama, akhirnya kami cus lanjut masuk ke ENZ.

Menurutku sih nggak ada satu yang istimewa dari ENZ, karena di Indonesia udah banyak juga kebum binatang macem ini, yang unik disitu sih cuman ada pinguin, dann kambing serta ayam yang juga ikut dipelihara disitu.
Kata Umirul sih "Wah iki yo akeh nang Indonesia" (hahaha) (ayam dan kambing)
kami nikmati saja perjalanan 10 Km ini dengan niatan mengeksplor Edogawa.

Hari itu rasanya 1 destinasi saja sudah cukup. Capeknya luar biasa namun pengalaman jalan kaki 10 Km ini sangat sangar menurutku (haha) di tengah cuaca yang sangat terik. I am so proud of you guys (kon sangar)!

Pas mau perjalanan pulang, kami berenam sempat ribut karena ada yang mau naik bus karena sudah capek dan dan ada yang tetep kukuh milih jalan kaki, kami sempat mau berpisah untuk mengambil jalan masing-masing, namun setelah perdebatan panjang, akhirnya semua memutuskan tetap untuk jalan kaki. Untuk melupakan rasa capek, kami mampir ke Familymart (mirip sevel/mirip indomart) untuk beli makan siang, karena sumpah perut kami sudah laper banget dari pagi yang hanya kami isi mie instan.

Oke kali ini aku tetap bingung memutuskan pilihan untuk makan apa, karena sekali lagi aku tidak suka ikan, dan takut salah makan (babi) untungnya google translate sangat-sangat membantu aku untuk nge-scan tulisan-tulisan di makanan. 

Aku memutuskan untuk makan katsu, berdua sama umirul (so sweet kan??) ya cukup kenyang sih, isinya ayam 5 potong dan nasi harganya ¥450 (sudah termasuk pajak), minumnya kami beli air botolan dan sisa air yang masih ada di tumblr yang aku bawa dari hotel.

Kami pulang membawa sampah makanan (karena sekali lagi, sulit untuk cari sampah di Jepang). Cukup sepertinya untuk satu destinasi saja hari ini. Thanks to Habiba and Azuzu who make our itenerary sounds more possible :).

Pas baru jalan 500 meter

Pintu masuk ENZ

Kolam pinguin di dekat pintu masuk

Arakawa River

Makan siangku dan Umirul




  • Share:

You Might Also Like

0 komentar