Akihabara Ketika Hujan

By Awanda Gita - Juni 30, 2019

Tanggal 15 Juni, hari itu kami memutuskan untuk tetap berada di dalam hotel hingga waktu yang belum ditentukan karena Tokyo hari ini hujan lebat dari pagi buta.

Rencana awal kami untuk mengunjungi Sensoji Temple dan Nakamise Shopping Street terpaksa kami cancel (sedih banget) tapi kapan lagi bisa rehat lebih lama di hotel dan memandangi hujan yang turun di Tokyo dari jendela kamar?

Aku kebagian tidur di kasur atas, sedangkan Anis tidur di kasur bawah, aku buka gorden jendela, melihat sendunya suasana di luar hotel, jalanan tampak sepi, terlihat hanyalah beberapa orang sedang melakukan aktivitas di dalam rumahnya masing-masing dan satu dua orang yang tetap keluar menggunakan payung transparan. Aku melihat kebun di lantai atas rumah seseorang, tanamannya girang terguyur hujan, hijau-hijau segar.

Sore itu kukira hujan sudah berhenti, berdamai dengan keinginan hati yang ingin keluar sore nanti, ternyata saat kucoba membuka jendela dari kamar, hujan kian deras.

Teman-teman tetap berencana menerobos hujan, kami mengambil payung-payung transparan gratis dari hotel di lantai dasar menuju Hirai sta untuk menyambangi Akihabara, kotanya AKB 48!!!

Tak terlalu jauh untuk menuju Akihabara dari Hirai, kami hanya melewati beberapa stasiun saja seperti Kameido, Kinsicho, Ryogoku, dan Asakusabashi. Biaya untuk PP Hirai-Akihabara kurang lebih hanya ¥350 menggunakan IC card. Oh ya untuk transportasi sehari-hari kami menggunakan IC card (Integrated Circuit card) Pasmo, sebenarnya ada jenis lain untuk IC card ini yaitu Suica, namun pas kami beli di Haneda yang ada cuman Pasmo. Sebenernya sama aja sih, cuman kata temenku kalau Suica bakalan dapet free 3* tap (kurang lebih ada gratisannya gitu). Menurut informasi yang aku baca gak semua bandara nyediain penjualan IC card cuman di stasiun, bandara tertentu/utama aja kayak Haneda dan Narita.

Setibanya di Akihabara melalui Akihabara sta, kami langsung mencari pintu keluar, di depan kami sudah terlihat tulisan besar "AKB 48 Cafe and Shop", kami tak sabar, bukan untuk masuk dan menikmati hidangan di dalam kafe, melainkan berfoto di depannya. Di tengah-tengah bundaran depan kafe, angin bertiup cukup kencang namun kami tetap kukuh untuk foto di sana alias selfie, payung kami sudah muluk-muluk alias terbang-terbang, payung Umirul malah peyok, payung habiba terbalik.

Setelah hampir terhempas angin, kami memutuskan untuk berhenti sejenak makan makanan yang telah kami beli di sevel sebelum berangkat ke Akihabara. Aku beli onigiri isi ayam, umirul, Ifty dan Anis dan Sena juga beli onigiri cuman rasanya beda-beda, Habiba makan katsu.

Kami "ngemper" di samping mall, semacam terowongan gitu, dingin banget sumpah hawanya, untungnya coat pemberian PT. PLN Batubara yang kembaran sama Umirul ini tebel dan nyaman banget dipakek, jadi alhamdulillah badan jadi anget, oh ya kalau mau keluar pasti aku ngolesin minyak telon ke badan aku biar tetep anget (tips dari Awanda) (hahaha)

Setelah perut cukup terisi, kami memutuskan untuk pergi berkeliling Akihabara, menelusur toko-toko bertema AKB 48!! Kami masuk ke dalam Don Quijote untuk berburu oleh-oleh jajanan khas Jepang. Sungguh aku hedon banget, habis narik uang di sevel sejumlah ¥7.000, yang ¥3.000 aku buat top up Pasmo, sedangkan sisanya ¥4.000 aku buat hedon di Don Quijote, lebih malah, parah sih :( tepatnya aku belanja sampai ¥4.500an untung uang saku awalku yang dipegang Habiba masih ada. Banyaknya keponakan dan orang-orang kantor di tempatku kerja praktek merupakan hal yang mendorongku buat beli banyak oleh-oleh. Oleh-olehku banyak macemnya mulai dari mochi coklat, coklat biskuit, kitkat, permen dan wafer roll Jepang, Chiki, dan masih banyak lagi.

Setelah puas berbelanja, kami ingin langsung kembali ke hotel secepatnya, sambil menunggu kedatangan Azuzu malam itu. Sebelum menginjakkan kaki di Akihabara sta menuju Hirai dengan rute yang sama, kami sempat berfoto di dekat zebra cross dengan latar belakang gedung-gedung pertokan Akihabara yang lekat dengan gambar-gambar animenya. Angin masih bertiup kencang, namun hujan mulai reda, tinggal hawa dingin yang tersisa dan perasaan hati yang mulai tak karuan.

Setibanya di Hirai, kami mencoba membongkar-bongkar belanjaan di kamar masing-masing dan menunaikan shalat isyak, sebelum akhirnya kami nongkrong di ruang makan sambil nonton tv menunggu datangnya Azuzu.

Azuzu sengaja datang tanggal 15, bertepatan semalam sebelum kompetisi kami dimulai besok jam sembilan karena ada kondangan di keluarganya, untungnya kami semua masih bisa pulang bareng dengan pesawat yang sama alias belum kehabisan tiket.

Azuzu tiba dengan pesawat yang sama yaitu Cathay Pascific, sehingga dia harus transit dulu di Hong Kong. Dari pagi dia ngabarin kalau udah mau berangkat, udah transit dan sampai di Heneda di malam hari. Kekhawatiran kami muncul pas tau kalau paket data roaming Azuzu baru akan aktif tanggal 18 Juni, huhh!! untungya wifi bandara menyelamatkan kekhawatiran kami semua. Setelah tenang karena tau kabar kalau Azizi udah nyampek Haneda, aku nyoba kontak-kontakan lagi sama Azuzu, memastikan apa dia udah ketemu sama Mbak Chiyak (teman dekat kakaknya) atau belum.

Whatsappku belum dibales sama Azuzu, Watsapp ku juga centang 1 di nomor mbak Chiyak, yasudah aku tunggu saja sambil lanjut nonton tv yang nggaktau itu lagi bahas apa (belum belajar Bahasa Jepang ya gini jadinya:( )

Lima belas menit kemudian, Umirul dapet telpon dari Azuzu ternyata ngabarin kalau dia udah otw ke hotel sama mbak Chiyak.

"Ohh" gumamku

Lima belas menit kemudian lagi Umirul, membuka ponselnya, dia dapet pesan dari Azuzu kalau dia udah di depan hotel, terus teman-teman nyuruh dia buat langsung ke lantai dua untuk check in

"Booom"

"Nikaides doa ga ..." (kurang jelas dikuping sisa kalimatnya,pokoknya yang intinya lantai ke dua dan pintu lift terbuka) suara audio di dalam lift

Anak-anak langsung lari ke arah lift, yang letaknya bersebelahan sama ruang makan tempat kami nongkrong.

"Welcome to Japan Azuzu" teriak Umirul dan teman-teman lain

Aku cuman diem dan akhirnya bilang "Wee Azuzu"

Azuzu datang ditemani Mbak Chiyak dan suaminya yang kebetulan orang Jepang. Kami menyuruh Azuzu untuk langsung check in kembali ke meja cacak dan menyerahkan paspornya. Tak lama setelah menunggu Azuzu selesai mengurus administrasi, kami kembali ke kamar masing-masing. Sena senang soalnya udah ada temen ngobrol di kamar (akhirnyaaaa!)

Dengan perasaan campur aduk, ditambah harus belajar ekstra untuk lomba besok, aku dan teman-teman kembali membuka-buka materi terkait penelitian kami. Tentang Bawang merah, Quercetin, dan kemungkinan pertanyaan-pertanyaan yang muncul.

Anis, dan Iftyna sudah tidur, namun aku masih terbangun, men-scroll abstrak-abstrak jurnal tentang penelitian terkait. Kepalaku pening, perasaan tak karuan dan tertegun.

Sebenarnya banyak yang terjadi di tanggal 15, sewaktu Hujan dan setelahnya.

"2 missed call" dan aku baru tahu alasannya

Aku ketiduran begitu aja, sampai aku bangun di Hari Minggu, di tanggal 16.

Icon Akihabara
A bite of onigiri anyone?

Keren efek di belakang fotonya (haha) padahal gak sengaja

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar