Lein, Gadis itu Bersandiwara

By Awanda Gita - Juni 05, 2017

Source pic: https://es.pinterest.com/pin/324259241901001031/
Aku baru sadar segala sesuatu memang tak selamanya terkonsep seperti teori yang diajarkan. Belajar dari naskah saja yang sering sekali diimprovisasi. 

Perkenalan tak selalu diawali dengan "Hai". Pertemuan tak selalu juga sesuai dengan jadwal yang ada. Jauh-jauh mengenal pertemuan, jadwal kereta,  pesawat saja kadang terlambat. Kata orang-orang sih mending terlambat dari pada tidak sama sekali. Namun untuk hal ini,  kata "tidak sama sekali" aku rasa tidak akan terjadi, karena aku yakin Allah telah menciptakan manusia berpasang-pasangan, benar tidak?


Lucu memang jika membahas hal teoritis namun kenyataannya tak selurus teori. Lucu juga membayangkan bagaimana seseorang bisa bertemu secara kebetulan, dan lebih lucunya pertemuan itu berakhir dengan sebuah cerita yang sulit untuk diakhiri,  atau mungkin tak akan bisa diakhiri?

        Geli rasanya jika berusaha memikirkan sesorang dari masa depan, apa yang ia lakukan sekarang? Seperti apa raut wajahnya? Seindah apa matanya sehingga kelak aku dan kalian tak berani menatapnya dalam-dalam. Sesak memang jika melihat mereka-mereka yang sudah menemukan seseorang dari masa depannya sekarang. Tapi aku tak pernah benar-benar yakin apakah mereka benar orang-orang yang ditangannya telah tertulis namamu di zaman Azali? Sabar saja semua akan sesuai jalannya masing-masing. Tapi yang aku bingungkan mengapa sulit sekali bagiku menerima, gampang sekali memang untuk jatuh,  jatuh cinta namun sama sekali belum ada yang terjadi. 

           Ini bukan tentang benar-benar aku,  sengaja kutulis aku untuk memudahkan bahasa tulisan saja.
Maafkan, tapi aku harus menyamar

         Kadang lelah juga untuk bersikap biasa-biasa saja untuk sesuatu yang tak biasa. Aku telah berulang kali suka,  akan kuceritakan bagaimana hati ini jatuh, jauh di saat aku dan dirinya belum sama-sama memahami apa itu cinta aku sudah menaruh rasa padamu. Seperti biasa pada teman kecil, aku ingat dulu saat kau menangis pertama kalinya dihadapanku hanya karena berebut bangku,  lucu sekali bukan?selalu dipasangkan dalam kontes kanak-kanak. Namun seakan sekarang kita tak saling mengenal, dan tak mungkin juga aku masuk kembali dalam hidup dewasamu,  aku dan kau sudah sangat berbeda,  apa yang aku harapkan dulu seperti dalam film-film mungkin saat kita berdua dewasa bertemu kembali dan disatukan dalam satu rasa yang berbeda lebih dari sekedar kawan. 

           Selanjutnya jatuh lagi pada senior, aku mengira kisah ini akan terlukis seperti novel-novel yang menceritakan seoarang gadis yang akhirnya menemukan tambatan hatinya dengan kakak kelasnya,  namun hal itu juga tidak terjadi, ingin tertawa juga mengenang bagaimana usahaku agar dekat, mengikuti ekstra yang sama sepertinya, masih ingat pertama kunci keyboard yang kau ajarkan,  kunci C?  Dan aku masih ingat bagaimana kau mengajarkan jari-jari ini untuk memainkan keyboard,  status facebook kutulis dengan bahasa alay yang malu untuk kuungkap lagi, dengan temanmu sendiri akhirnya kau temukan tambatanmu,  bukan dengan adik kelas yang banyak mengejarmu,  aku menyerah.  

           Jatuh lagi, dengan teman sebaya, ribuan cara kucoba dan rasa ini bertahan dua tahun, prank sms juga kulakukan. Memalukan. Biar saja ini jadi kenangan masa lalu sebelum aku tau pasti apa itu cinta. Jatuh lagi pada senior,  kuikuti ekstra yang sama dengan dirinya namun tetap juga berakhir entah kemana rasa yang ada, hilang secara sendiri. 

      Selanjutnya lagi jatuh pada sesorang karena kemiripannya dengan seseorang lain yang menginspirasi namun aneh,  saat tau kesekian kalinya mencoba menemukan rasa, hal pahit juga datang saat seseorang yang kusebut ini ternyata sudah memiliki tambatan,  perasaan sedih tidak lagi ada,  sepertinya sangat lega untuk melihatnya mendapatkan kebahagiannya sendiri. Saat itu saat mungkin aku masih belum sadar juga apa itu cinta. 

            Selanjutnya aku juga jatuh, namun kali ini terjadi saat kita memang dianggap sudah dewasa,  namun kenyataannya aku hanya memaksakan saja untuk suka namun tidak benar-benar menaruh harapan penuh padanya. Jarak tak usah ditanya,  pertemuan saja yang membuat rasa memudar dengan cepat. 

      Terakhir jatuh ini kita dipertemukan dalam sebuah kompetisi, aku sudah benar-benar merelakanmu namun setiap kali bertemu tetap saja ada saja ucapan darimu yang selalu membuat sesak. Kau memang yang benar-benar nyata dari semua kisah namun benar-benar nyata juga dalam menoreh luka,  aku sudah malas peduli dan akupun sudah tidak jatuh hati. Dan memang kali ini sudah benar-benar tidak peduli

Dan Lein sudah benar-benar cukup menggunakan kata "aku" untuk ini
Dan sebentar,  aku juga baru sadar bahwa sebuah cerita tak seharusnya diselesaikan cepat-cepat, aku hanya berharap cerita ini akan terus berlanjiut seiring perjalanan Lein menemukan dambaan hatinya.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar