HOME

By Awanda Gita - Juni 28, 2016

Source Pic: https://id.pinterest.com/pin/519743613227945623/
Kalau dipikir pikir kamupun tak kan mau tinggal di luar

Tapi juga kamu tak mungkin berdiam di dalam

Ada satu hal di sana yang mungkin akan membuatmu ingat
Entah sebuah foto tertempel di dinding yang meninggalkan noda kusam akibat di lap dengan air bukannya cairan pembersih
Bukannya air matamu juga

Di luar ada sebuah desa kecil penuh masa depan
dengan pohon berdaun harapan
Beberapa jatuh, beberapa mulai menguning
Beberapa tetap hijau dalam warnanya

Desa penuh dengan iringan angsa berbulu kenangan
Tetap putih tapi terbang

Desa dengan banyak embun saat pagi
embun berasal dari airmatamu

Kamupun ingin ke luar , seperti aku yang sangat ingin mengeluarkan gundahku pada rumah.

Akupun sepertimu ingin berada dalam satu tempat itu
Yang jika kuceritakan pada cucuku mereka sangat ingin hidup di sana

Tapi rumah mereka menunggu
Akankah kamu kembali?

Kembali duduk dalam pangkuan sofa?
Atau mengelus tembok bercat kusam?
Tempat nafasmu pertama dihembuskan?
Tempat tangisanmu pertama kali direkam?

Apa aku sanggup meninggalkan rumah hanya untuk menjemputmu di desa dan dalam tempat itu?
Yang belum pernah kujumpai sekalipun

Mencarimu dengan ketidaktahuanku atau menemuimu dengan kisah yang lain?

Hanya dua pilihan pilu

Jika harus aku mencarinya, apa kau biarkan aku tersesat?
Atau terjebak dalam perasaan yang lain

Atau saat kau membiarkanku menemuimu dengan kisah lain

Akankah kau rela? Melepasku dengan cerita baru? Tapi pilihan ini tak akan menyakitiku
Aku tidak akan tersesat dalam pencarianku

Tapi maaf, kalau saja pilihan pilu ke dua ini sangat menyakitkanmu
Kau dan aku bertemu dalam kisah berbeda

Kalau saja ada pilihan di mana aku akan menemuimu dengan tanpa tersesat dan dengan kepastianku
aku akan memilihnya

Menjemputmu bukan hal mudah, semudah aku meninggalkan sepatu-sepatuku di rumah

Kadang akupun juga takut untuk keluar
keluar dari rumahku sendiri
bertemu dengan sosok asing
dengan bahasan seperti tulisan hangul
dengan emosi yang meletup-letup
juga dengan paradigma negatifku sendiri

Lidahmu kakukan? Sehingga kamu juga tak sampai memberiku petunjuk jalan , kemana aku harus mencarinya


Oh ya aku lupa

Mengapa harus jauh-jauh aku menjemputmu kalau saja kamu tahu ke mana seharusnya kamu pulang?

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar