Kehilangan Sosok Inspiratif

By Awanda Gita - September 20, 2019

Ternyata aku baru sadar, dari kecil aku sudah diajari sejarah, tentang bagaimana negeri ini dibangun dan bagaimana cara menghargai jasa-jasa para pahlawan. Cinta olahraga, cinta bangsa dan negara. Sedini itu orangtuaku menanamkan nilai yang fundamental.

Kala itu pas ada berita Pak Harto meninggal, aku masih SD. Aku mendengarkan lantunan lagu gugur bunga yang sebelumnya sudah pernah diperkenalkan ibuku, dan pernah dinyanyikan untuk mengiringi aku tidur. Hati terasa sesak, walau aku belum benar-benar tau definisi sesak yang seperti apa waktu itu. Menangis, namun aku malu ketika harus dilihat ibu, aku menangis mendengarkan lagu gugur bunga saat diputar di hari pemakaman Pak Harto.

Bertahun-tahun berlalu sampai aku tahu bahwa ada sosok presiden yang diberi amanah pada saat tahun krisis, tahun dimana aku dilahirkan. 1998, Pak Habibie, sang ilmuwan, sang negarawan, dan sang eyang.

Dalam hati, aku pengen banget ketemu bapak dan ibu presiden, namun belum tercapai, begitupun eyang, eyang sudah kembali.

Kekagumanku pada Eyang Habibie tumbuh dari ketika awal aku diperlihatkan film Habibie dan Ainun. Dilanjut film keduanya Rudy Habibie yang aku lihat pada tahun awal perkuliahan. Beberapa minggu masih teringat apapun yang ada di film itu, merinding, terharu, dan menangis.

Sampai ketika pada awal hari kuliah aku dipertemukan dengan seorang dosen yang sampai sekarang ketika aku melihatnya, aku langsung ingat eyang, Bu Irmina. Sama-sama ilmuwan yang bersekolah di negeri Jerman.

Mataku, pikiranku dan hatiku terbawa jauh ke Aachen, ke Eropa walau aku belum tahu, seriuh apa tempat-tempat di sana.

Eyang, sebagai calon ilmuwan, aku sangat kehilangan, kehilangan sesosok ilmuwan pemimpin, ilmuwan perkasa seperti eyang.

Harapku, semoga eyang tenang dan kembali bertemu Ibu Ainun. Jika masih ada, tolong sisakan satu laki-laki yang seperti eyang.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar