Jalan Terakhir

By Awanda Gita - Agustus 13, 2024

 Mei lalu, aku coba memulai obrolan yang selalu kering respon, sudah tau seperti itu tapi terus kuulang dengan harapan ada hal yang terbersit di pikiranmu tentang aku, tapi sekeras apapun aku mencoba hal itu hanya terbalaskan dengan sepotong kata yang santun seperti kita ini adalah teman yang saling menghormati, aku hargai itu, namun ini sangat canggung rasanya.

Sebelum mei tahun ini, bahkan Bulan Mei di tahun-tahun sebelumnya pun aku sempat berpikir mengatakan segala hal yang aku rasakan kepadamu, tentang perasaan lebih dari teman yang sudah kusembunyikan selama 7 tahun, Muti, Habiba dan Umirul ketiganya tau seperti apa rasaku kepadamu dari tahun 2017 itu. Kamu tahu aku tidak? aku beneran gak bisa buat berterus terang dengan banyak hal yang patut untuk dipertimbangkan. “Belum Waktunya” selalu seperti itu untuk meyakinkan diriku kalau aku memang belum sewajarnya menyatakan rasa suka tanpa ada hal yang aku capai dalam hidup, saat itu kita masih sama-sama bersekolah.

Kamu gak tau menahu seberapa sering aku menengok ke arah halte BNI ketika jam kantor sudah lewat, hanya demi memastikan bahwa aku nggak terlewat kamu. Aku tahu itu, bahkan aku tau tempat makan favoritmu saat kita masih satu kota. Sudah kusentil dengan ajakan buat nongkrong bareng sama temen-temen tapi memang waktumu gapernah ada buat itu.

Dadaku sesak seakan ditilap seseorang saat aku tahu kalau dirimu pindah ke kota yang sangat jauh, bahkan perlu pesawat untuk proses pindah itu, memang bukan priorotas, jadi akupun tanya dan baru tau kalau kamu pergi ke negeri yang selama ini kamu impikan.

Aku gapernah sesenang dan sesedih ini secara bersamaan, aku tahu impianmu sangat besar dan akhirnya Tuhan beri kamu hadiah itu. Kamu orang baik, tapi bukan untukku.

Sebelum itu, aku sempat terpikir ngechat kamu buat kasih dessert kotak yang dipesen temenmu satu kantor, tapi aku gaada keberanian dan rasa percaya diri saat itu untuk start semua itu, aku belum pada posisiku sekarang, kiranya aku blm pantas buat ungkapin semua.

Waktu temenku bikin cookies yang 100% approved olehku, orang yang pertama kali aku inget, satu kota, teman baikku ya kamu, tapi sayangnya waktu itu belum ada, belum ada waktu aku kasih cookies itu.

Pada Mei lalu ini, aku baru sadar bahwa selama ini aku cuma jatuh hati sendirian, berharap besar akan ada waktu di mana kamu akan ada rasa yg sama, tapi semua hal nyatanya terlambat. 

Jalan terakhir yang aku buat adalah membangun dinding setinggi mungkin antara kita yang belum bisa lagi membangun pertemanan seperti dulu. Gak ada kata benci dalam kamus menyukaimu, hanya saja ini hal yang harus aku ambil demi kebahagiannku sendiri.

Semoga jalan terakhirku ini juga menjadi jalan terakhirmu untuk tau mengenai aku.

💔


  • Share:

You Might Also Like

0 komentar