Gigi rasanya nyeri malam ini, akibat menahan keingin tahuan yang berapi-api, ingin membaca semua buku agar tahu, ingin melihat semua berita agar ucapannya tertata seperti pembawa acara, ingin teriak sekencang-kencangnya agar lepas dan tuntas. Terlebih masih ada lagi yang selalu menggebu-gebu tentang perasaan, tingkah dan harapan.
Wajarkah seperti itu?
Tidak wajar kalau kataku, tapi nyatanya aku yang menidak wajarkan tindakanku sendiri, pasalnya hal-hal wajar seperti ini di anggap normal kata ibu. Maklum masih muda. Tapi kadang ada sisi dimana kamu selow banget, luwes banget, dan ketika ibaratnya elektron diberi radiasi sinar uv dia bakal tereksitasi, kamu bakal meletup-letup sendiri semenjadi-jadinya, dan ketika seper sekian milisekon kamu bakal balik ke tempat asalmu untuk diam dan meratapi, untuk menyatu dalam diri. Selow
Ah liar:( tulisan kadang tak sesinkron apa yang ingin dipikirkan namun selalu selaras dengan hati dan apa yang ingin diucapkan namun tertahan.
Menggebu-gebu namun kembalilah dalam keadaan tenangmu, ketika semua konsentrasi sudah menyatu.
Dimana tempat terbaik untuk teriak?
Bersujud memcium bumi namun bisikannya menggetarkan semesta. Siapa lagi yang menjadi pembatas kita untuk stop menggebu-gebu jika bukan Allah. Menggebu-gebu karena gundah, hati tak tenang seperti ini mungkin kurang baca quran. YaAllah aku baru sadar ketika sampai ujung aku menulis ini. Bukan ini sepertinya pelampiasan kerisauanku, sikapku yang menggebu-gebu. Karena penenang utama adalah sebuah wahyu.
Maafkan aku :)
Wajarkah seperti itu?
Tidak wajar kalau kataku, tapi nyatanya aku yang menidak wajarkan tindakanku sendiri, pasalnya hal-hal wajar seperti ini di anggap normal kata ibu. Maklum masih muda. Tapi kadang ada sisi dimana kamu selow banget, luwes banget, dan ketika ibaratnya elektron diberi radiasi sinar uv dia bakal tereksitasi, kamu bakal meletup-letup sendiri semenjadi-jadinya, dan ketika seper sekian milisekon kamu bakal balik ke tempat asalmu untuk diam dan meratapi, untuk menyatu dalam diri. Selow
Ah liar:( tulisan kadang tak sesinkron apa yang ingin dipikirkan namun selalu selaras dengan hati dan apa yang ingin diucapkan namun tertahan.
Menggebu-gebu namun kembalilah dalam keadaan tenangmu, ketika semua konsentrasi sudah menyatu.
Dimana tempat terbaik untuk teriak?
Bersujud memcium bumi namun bisikannya menggetarkan semesta. Siapa lagi yang menjadi pembatas kita untuk stop menggebu-gebu jika bukan Allah. Menggebu-gebu karena gundah, hati tak tenang seperti ini mungkin kurang baca quran. YaAllah aku baru sadar ketika sampai ujung aku menulis ini. Bukan ini sepertinya pelampiasan kerisauanku, sikapku yang menggebu-gebu. Karena penenang utama adalah sebuah wahyu.
Maafkan aku :)
0 komentar