Shibuya dan Ceritanya

By Awanda Gita - Juli 20, 2019


I got the Stamp!!
Tertanggal 19 Juni lalu, tepatnya sehari sebelum kepulangan kami, Mbak Chiyak, teman dari mbaknya temen kami (Azuzu) menawarkan buat mengantar kami jalan-jalan ke Imperial palace, tadinya gaenak takut ngerepotin sih terus ya udah kami menerima tawaran Mbak Chiyak, itung-itung ketemu orang baru sambil tanya-tanya kehidupannya di Jepang seperti apa. It was fun tbh!

First stop!
Kami mengunjungi imperial palace di Chiyoda, Tokyo, sama seperti hari-hari sebelumnya, kami masih menggunakan transportasi yang sama yaitu kereta dari Hirai (kalau tidak salah dulu kami turun di pintu keluar terdekat dengan Kokyogaien National Park) dari menggunakan Chuo-sobu line berpindah menuju Hibiya line.

Sesampainya di sana kami masih menunggu Mbak Chiyak yang katanya masih otw, eh nggak lama berselang setelah aku meminta Ifty untuk memotret, ternyata Mbak Chiyak sudah datang.
Kami digiring menuju pintu masuk. Sebelum masuk, kami diharuskan untuk mengisi form identitas dan kamipun harus menunjukkan paspor kami dihadapan petugas, karena the imperial palace merupakan salah satu bangunan yang penting dalam sistem pemerintahan Jepang (untuk info lengkap kalian bisa search mengenai sejarah singkatnya atau download appnya di google play, namanya "Imperial Palaces Guide (warna ijo)"

Setelah beberapa lama kami ngantri, akhirnya kami dikasih "keplek" untuk masuk ke dalam Imperial Palace. Sebelum masuk ke hall untuk briefing singkat mengenai tata tertib dan sejarah singkat Imperial Palace, ada security check untuk memastikan bahwa kami nggak bawa senjata tajam dan hal-hal yang dilarang lainnya. Di dalam hall ada mini market buat beli topi dan barang-barang khas Imperial Palace, di hall juga diberi kesempatan untuk menstempel buku/kertas untuk kenang-kenangan dengan stempel khas Imperial Palace yang gede banget (haha). Senangnyaa ada 4 guide yang bersiap untuk menemani kami, mereka dibagi berdasarkan bahasanya, ada Jepang, Korea, Mandarin dan Inggris, tentu saja aku dan teman-teman ikut yang Inggris karena kagak ada yang tau selain bahasa Inggris, kecuali Mbak Chiyak yang emang jago bahasa Jepang.

Hari itu emang kata Mbak Chiyak kami mendapatkan kesempatan bagus, pasalnya nggak setiap hari Imperial Palace membuka guide menuju dalam istana seperti ini, Mbak Chiyak saja yang sudah lama tinggal di Jepang baru kali ini bisa masuk ke dalam Imperial Palace karena katanya waktu dulu datang ke imperial palace, mbaknya cuman bisa masuk di area tamannya aja. Lebih beruntung lagi hari itu di Imperial Palace ada pertemuan bilateral antara Jepang dengan pihak Kerajaan Jordan serta Jepang dengan Pemerintah Afrika Selatan, jadi kami bisa lihat langsung pertemuan dua negara tersebut. Kami melihat upacara pengantaran perwakilan kedua negara tersebut. Mereka dikawal menggunakan pasukan berkuda dari Jepang menuju tempat pertemuan. Kami beserta para turis lain menyaksikan arak-arakan sembari memotret, namun kami dilarang memotret menggunakan flash agar tidak mengganggu prosesi pertemuan tersebut.

Perwakilan Afrika Selatan dan pihak Kekaisaran Jepang menoleh dan melambaikan tangannya ke arah para pengunjung, disusul dengan lambaian dari perwakilan kerajaan Jordan. Kami menyambut lambaian tangan mereka ditambah senyum yang kami lempar ke arah tempat mereka berdiri. Oh tenteramnya hati ini rasanya melihat orang-orang dari negara lain saling bertemu untuk membahas topik penting tentang kebaikan dua negara mereka masing-masing serta sebagai wujud persahabatan :')

Hari itu Tokyo tidak berawan sama sekali, udaranya panas literally panas :') but it is what we called a half day well spent. Kami menyusuri bangunan-bangunan dan jembatan di dalam Imperial Palace, sembari diiringi suara setengah gemetar tour guide kami, tour guide kami kala itu adalah ibu-ibu, suara dan accentnya enak banget didenger even dia orang Jepang (hehe) ya karena memang profesinya juga mungkin.

Oh iya kami tidak diperbolehkan untuk berhenti di tengah-tengah tur, rute kami hanyalah sekali jalan pulang pergi karena mengingat ketatnya pengawalan di Imperial Palace kala itu, kami juga dikawal dengan tour guide-tour guide lainnya yang sedang tidak bertugas beserta para Imperial Palace security guard.

Perjalanan kami berhenti setelah berjalan kurang lebih 500meter saja, karena memang tidak semua bagian dalam Imperial Palace dapat dikunjungi. Kami berhenti di jembatan. Kami dipersilahkan untuk berfoto lalu kembali ke jalan awal untuk keluar. Kurang lebih 2 jam kami menyusuri Imperial Palace, and it such a wonderful experience to learn japanese history.
Perjalanan berlanjut menuju destinasi lain yaitu Tokyo Tower, menara lain yang terkenal di Tokyo selain Tokyo Skytree. Namun, sebelum itu kami muter-muterin jalanan menuju ke sana sambil mampir ke Familymart buat beli makan siang. Aku hampir aja mengulangi makan gelatin yang kedua kalinya :(. Gelatin yang aku maksud ini adalah gelatin di dalam krim roti yang sebelumnya sudah pernah aku beli, pantes aja enak banget rasa krimnya apalagi banyak banget sampek lumer-lumer. Oke Awanda terselamatkan kali ini! karena tanya ke Mbak Chiyak!

Kata Mbak Chiyak "Kita tuh nggaktau ini produksinya gimana, lebih baiknya kita ngehindar aja produk yang ada gelatinnya" (soalnya kebanyakan gelatin diambil dari babi)

"kalau udah terlanjur gak papa kok gak dosa (haha)" tambahnya setelah aku menyesal pas udah makan roti krim itu waktu JDIE (haha)

Kami berhenti di Hibiya Park sambil makan makanan yang udah kami beli, aku memutuskan untuk makan roti krim dengan bentuk ikan tanpa gelatin tentunya serta onigiri (aku cuman makan bagian yang ada isi ayamnya doang+nori yang menyelimuti onigiri aku kasih ke anak-anak karena nggak doyan haha)

Kami mencoba mencari spot terbaik untuk foto, mulai dari menyusuri Hibiya Park hingga The chief temple of the Jodo-Budhist sect Zojo-ji. Seriusan hari itu panas banget. Sebenarnya kalau nggak panas gitu kami bakal tahan-tahan nyari spot yang paling bagus, namun daripada kulit kami terbakar, kami memilih untuk mencari tempat lain yang lebih rindang.

Teman-teman tetap berjuang untuk mengambil foto untuk mendapatkan view terbaik setelah beberapa menit berteduh. Kami bergantian untuk saling memotret. Setelah sudah benar-benar tidak kuat kami akhirnya memutuskan untuk selfie bareng di tempat rindang deket pohon di Zojo-ji temple. Setelah puas selfie bareng Azuzu, Habiba, Sena, dan Mbak Chiyak memilih selfie di deket patung-patung di area kuil, sedangkan kami yang lain duduk-duduk manis saja nungguin mereka selesai.

Puas mengambil foto di are Zojo-ji Temple, kami siap menuju ke tempat tujuan selanjutnya yaitu Shibuyaaaa! Where the history of Hachiko begin. Kami naik kereta lewat Kamiyacho sta dengan tetap menggunakan Hobiya line. Sebelumnya kami berencana ke Masjid Chamii pas waktu ke Shibuya buat shalat Ashar, namun ternyata letaknya cukup jauh dari area Shibuya crossing dan patung Hachiko. Kami memutuskan untuk mencari masjid/mushalla di sekitar patung Hachiko, dan ketemulah kami masjid yang letaknya di dalam apartemen ini dia "Shibuya Mosque".

Masjid Shibuya hanyalah ruangan apartemen yang disewakan, ukurannya kecil banget cuman 20cm persegi, dan hanya mampu menampung 20 orang aja. Di dalam masjid, ada semacam dapur kecil untuk masak air, atau mungkin makanan kalau ada yang berbuka. Di dalam masjid juga ada kamar mandi kecil untuk wudhlu. Muslim-muslim di Shibuya sedang menggalang dana untuk membuat bangunan masjid di Shibuya, karena biaya yang digunakan untuk membayar apartemen yang dijadikan masjid tersebut cukup mahal, sebesar ¥ 92000 sekitar 12 juta per bulan sepertinya :'(. Kami merogoh kantung dan dompet yang isinya tinggal pecahan 1,5 dan 50 yen untuk kami masukkan ke kotak amal. Aku nyesel banget cuman bisa nyumbang receh, karena emang uangku waktu itu cuman tinggal ¥200 (habis kalab sih waktu di Don-Quijote dan Daiso)

Selesai shalat, kami lanjut buat cari makan malam, kami minta Mbak Chiyak buat cari resto halal yang pernah dicoba sebelumnya sambil nungguin suaminya (orang Jepang) yang baru pulang dari kantor.

Oh tidak teman-temanku semua overthinking, "how far you will find your true love?" mungkin pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sedang dipikirkan teman-temanku aku pun seperti itu.
It's not my business to describe a lot about her in here, but i amazed by Mbak Chiyak's love story.

Selang 30 menit kami menunggu, akhirnya suami Mbak Chiyak datang. Teman-temanku tingkat halunya semakin tinggi, kali ini mereka ngebayangin dapet suami oppa-oppa idola mereka. Please ini di Jepang gaes bukan Korya😭 (i am out guys haha)

Sebelumnya Mbak Chiyak udah nawarin kami buat milih resto apa, terus Mbak Chiyak ngasih pilihan buat beli daging sapi terus anak-anak cewek pada nggak mau, dipilihin spaghetti nggak mau lagi duh cerwet memang kami tuh! Akhirnya sampai perjalanan kesekian menemukan makanan, Mbak Chiyak dan suaminya ngajak kami makan di The Manhattan Fish Market, tempat Mbak Chiyak dulu kerja sampingan selama kursus Bahasa di Jepang.

Sudah sampai disana, kami cuman bisa melongo karena harga makananya diatas ¥2000. Sena dan Azuzu melipir buat narik uang di sevel, lama banget sampek setengah jam baru balik. Kami cewek-cewek memutuskan untuk patungan beli porsi gede buat dibagi-bagi. Kami milih sepaket menu yang isinya nasi, ikan, ayam, udang dan telur seharga ¥3000 (lebihnya aku lupa) dan coca cola yang harganya ¥200

Paniklah kami setelah pesen itu, kami berlima ngitung duid yang recehan semua. Pas makanan udah habis, kami lanjut ngitung duid dan pada akhirnya duid kami kurang (mampus malu banget, uang receh pula). Makanan Jepang memang mahal di pajaknya. Waktu itu Mbak Chiyak sudah nelpon managernya yg kebetulan orang Indo untuk motong harganya (tanpa pajak) dan tetep aja uang kami kurang (malunya nambah). Daripada kagak bisa bayar, kamipun "ngutang" ke Mbak Chiyak sebesar ¥300 buat nutupin pembayaran kami, duh pas ngasih ke Mbak Chiyak, suaminya ngelihatin uang receh kami dan ketawa (malunya nambah lagi berlipat-lipat). Masa bodo😭 kami lanjut bilang "Maaf, maaf dan maaf" ke Mbak Chiyak karena udah cerewet dan ngerepotin banget seharian.

Ah setelah kenyang makan, kami memutuskan untuk berpisah dengan Mbak Chiyak dan suaminya. Mabak Chiyak dan Suaminya ngajak kami lari-larian di Shibuya crossing yang memang dikenal padet banget. It was so so so funnnnn!

Dan akhirnya, Shibuya menjadi saksi perpisahan sementara kami semua, mbak Chiyak serta suaminya. Kami bertujuh meluapkan segala pikiran negatif kami tentang hal-hal yang sudah selesai, dan memang harus selesai. "Everything's bad in Japan, please stay in Japan, but everything's good in Japan, please come along with us" kataku dalam hati.

Kami meneriakkan "Goodbye Shibuya, Goodbye Japan" secara serentak dan dengan suara yang lantang, sampai orang-orang menoleh ke arah kami, namun ya tetap teriakkan kami masih tidak bisa memecahkan keramaian Shibuya malam itu. Sekitar pukul 22.00, kami menuju Shibuya sta, untuk kembali ke hotel.

Sebenarnya, mbak Chiyak akan kembali mengantar kami pulang besok, sama kami harus memenuhi kewajiban untuk membayar hutang, akibat kehabisan uang pas makan malam (malu banget demi tuhan).

Finally i finished to retell my stories about my visit to Japan a month ago. Sebenarnya masih banyak yang bisa dibahas, namun itulah garis besar cerita pengalaman pergi ke Jepang versiku. I highly appreciate whoever read my posts until this one :).

Your reteller - Awanda

Form identitas dan paspor
@Hall kuliah bentar tentang imperial palace
Ngarak cuyy

Panas cuyy @Hibiya Park
Harga tiket naik Tokyo Tower (Kami nggak naik karena budget tipis)
Donasi untuk Shibuya Mosque
With Hachiko
Makanan termahal yang kami beli di Jepang

  • Share:

You Might Also Like

1 komentar