Memang nampak tinggi langit ketika kita melihat dari bawah, memang nampak biru dan satu langit ketika hanya dilihat dari satu sisi saja, memang nampak jauh langit jika tak pernah coba kita lalui.
Senja menawarkan berjuta sisi pandang, berjuta warna mengagumkan, senja pun tapi malu-malu pada langitnya, kau tak akan pernah jatuh cinta jika belum bertemu dengannya.
Spektrum cahaya menyala-nyala di ketinggian beribu mil dari atas sini, dengan semangat yang begitu pula, semua hal yang kita temui begitu menyala, sampai hampir semua tersulut dengan tiada hydrant yang dapat memadamkan.
Saat itu kita pernah mendambakan senja pada waktu yang salah, namun egomu terlalu besar untuk tetap memaksa senja akan datang, saat itu kita pernah menunggu dengan perasaan biasa saja namun juga dengan harap kalau senja bisa datang, dan kita pun menemuinya karena jam saat kita menunggu sangatlah tepat, senja dan gradasi warnanya mendebarkan hati.
Kala itu senja kulihat dari jendela, tanpamu.
Tanpa cerita kita, namun aku membawa cerita baru dengan mereka namun tetap menyimpan ceritamu sebagai cerita lama.
Saat itu senja memanggil dan sekaligus mengusir. Menghidupkan yang mati dan mematikan yang hidup. Melupakan yang telah membuat cerita dan menemukan yang baru saja tahu. Senja begitu ingin membuat kesan.
Saat senja perlahan menghilang, dingin menggelayuti tubuh, spektrum warnanya hilang berganti petang, siapa yang kira-kira akan senja datangkan?
Semua nampak aneh dan lucu, senja membawa cerita baru dengan hati baru namun dengan cinta yang masih belum tahu harus bermuara kemana, senja belum berhasil menghilangkan cinta dari kisah yang hampir selesai, senja membawa kembali rasa marah menjadi rasa rindu, senja...
Jika kau tahu, kau senja
Yang selalu aku intip dari balik tirai jendela
- Kau senja yang selalu dirindukan, tapi tak pernah merindukan
0 komentar