Oh ya, Jangan lupa
By Awanda Gita - April 07, 2018
Disadarkan lagi,
Disadarkan lagi bahwa dunia memang seperti roda
Selalu sering terbawa perasaan bangga juga nestapa
Pernah di atas juga pernah dibawah
Intinya semua ada waktunya
Bilang saja "ini adalah proses untuk menuju ke atas lagi" semisal kamu ada di bagian bawah roda
Hari ini, hari belajar cara mengkondisikan
Mengkondisikan perasaan, bahwa memang perasaan tidak boleh terlalu berlebihan
Aku senang, sangat-sangt senang
Dan kiranya Allah ingin aku ingat lagi
Diberinya sentilan kecil
Aku menagis, bingung dan gundah
Semua orang tak bersalah jadi sasaran
Ibu, ayahku dan semua saudara-saudara dekatku
Aku menghamba lagi pada perasaan
Mengandalkan orang yang belum tentu benar-benar membantu
Ini benar-benar hanya hawa nafsu
Pikiran bisa sepicik itu ya, terlalu cepat memberikan kesimpulan dan bertindak
Hanya karena ingin menyelesaikan masalah bersama,
Bukan bersama, namun salah satu ingin bersama
Padahal sudah jelas, rasa tidak akan tumbuh jika hanya ditanam, perlu juga disiram
Dan waktu untuk menanamnya pun harus tepat
Sudah, aku hanya bertingkah seperti menanam bunga daffodils, mengharapkannnya tumbuh di tengah musim dingin
Padahal tahu, bahwa baru akan mekar di musim semi
Hari ini bukan musim semi, dan aku sudah tau bunga itu tidak akan tumbuh
Dan satu lagi, untuk hari ini
Pikiran sepicik itu sekelebat saja ada dan masuk ke pikiran gara-gara perspektif sendiri
Menilai segala sesuatu yang didapat orang lain lebih baik daripada yang telah didapat
Apakah hanya aku?
Teman yang ingin bantuan teman dekatnya
Namun tidak digubris
Ada hati, aku berkali-kali meminta maaf pada hati, karena selalu saja terkena efek sakit hati
Bukan sakit hati gara-gara membenci, namun ini karena masih harus berjuang sendiri
Selalu kapan, kapan dan kapan yang selalu aku tanyakan,
Kenapa orang-orang di sekitar dapat begitu akrab dengan cinta dan perhatian dari orang lain, cintanya, yang katanya penyemangatnya
Namun aku belum, belum pernah ada orang penyemangat seperti itu, yang memang dua duanya memiliki rasa
Aku belum, hanya aku, dia tidak
Dan ibuku bilang "hanya cinta ibu dan ayah" yang tulus
Dan aku terkaget, benarkah?
Orang-orang yang aku salahkan itu? Ternyata tulus
Harusnya ada satu lagi yang tulus, dia, dia yang belum ditemukan
Dan satu lagi, satu lagi yang tulus, Allah :")
Dan semoga semoga Semoga, kamu jangan lupa untuk berdoa
Semua rasa, semoga diperjuangkan dengan dua hati
Bukan satu hati
Disadarkan lagi bahwa dunia memang seperti roda
Selalu sering terbawa perasaan bangga juga nestapa
Pernah di atas juga pernah dibawah
Intinya semua ada waktunya
Bilang saja "ini adalah proses untuk menuju ke atas lagi" semisal kamu ada di bagian bawah roda
Hari ini, hari belajar cara mengkondisikan
Mengkondisikan perasaan, bahwa memang perasaan tidak boleh terlalu berlebihan
Aku senang, sangat-sangt senang
Dan kiranya Allah ingin aku ingat lagi
Diberinya sentilan kecil
Aku menagis, bingung dan gundah
Semua orang tak bersalah jadi sasaran
Ibu, ayahku dan semua saudara-saudara dekatku
Aku menghamba lagi pada perasaan
Mengandalkan orang yang belum tentu benar-benar membantu
Ini benar-benar hanya hawa nafsu
Pikiran bisa sepicik itu ya, terlalu cepat memberikan kesimpulan dan bertindak
Hanya karena ingin menyelesaikan masalah bersama,
Bukan bersama, namun salah satu ingin bersama
Padahal sudah jelas, rasa tidak akan tumbuh jika hanya ditanam, perlu juga disiram
Dan waktu untuk menanamnya pun harus tepat
Sudah, aku hanya bertingkah seperti menanam bunga daffodils, mengharapkannnya tumbuh di tengah musim dingin
Padahal tahu, bahwa baru akan mekar di musim semi
Hari ini bukan musim semi, dan aku sudah tau bunga itu tidak akan tumbuh
Dan satu lagi, untuk hari ini
Pikiran sepicik itu sekelebat saja ada dan masuk ke pikiran gara-gara perspektif sendiri
Menilai segala sesuatu yang didapat orang lain lebih baik daripada yang telah didapat
Apakah hanya aku?
Teman yang ingin bantuan teman dekatnya
Namun tidak digubris
Ada hati, aku berkali-kali meminta maaf pada hati, karena selalu saja terkena efek sakit hati
Bukan sakit hati gara-gara membenci, namun ini karena masih harus berjuang sendiri
Selalu kapan, kapan dan kapan yang selalu aku tanyakan,
Kenapa orang-orang di sekitar dapat begitu akrab dengan cinta dan perhatian dari orang lain, cintanya, yang katanya penyemangatnya
Namun aku belum, belum pernah ada orang penyemangat seperti itu, yang memang dua duanya memiliki rasa
Aku belum, hanya aku, dia tidak
Dan ibuku bilang "hanya cinta ibu dan ayah" yang tulus
Dan aku terkaget, benarkah?
Orang-orang yang aku salahkan itu? Ternyata tulus
Harusnya ada satu lagi yang tulus, dia, dia yang belum ditemukan
Dan satu lagi, satu lagi yang tulus, Allah :")
Dan semoga semoga Semoga, kamu jangan lupa untuk berdoa
Semua rasa, semoga diperjuangkan dengan dua hati
Bukan satu hati
0 komentar